Makalah Teknik Pemeriksaan Sterno clavicular joint (SCJ)

Posted by erlhank On Senin, 04 Juni 2012 0 komentar

KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Makalah ini untuk memenuhi dalam bidang penelaian mata kuliah TEKNIK RADIOGRAFI DASAR yang berjudul “Pemeriksaan Sterno Clavicular Joint (SCJ)”.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik itu dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya, maka penulis sangat mengharapokan kritikan dan saran guna perbaikan untuk pembuatan makalah untuk hari yang akan datang.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas semua ini penulis mengucapkan ribuan terima kasih yang tidak terhingga, semoga segala bantuan dari semua pihak mudah – mudahan mendapat amal baik yang diberikan oleh Allah SWT.
Makassar,Juni 2012

ERLANG



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anatom berasal dari dua kata yaitu ana artinya bagian atau memisahkan tomie artinya potong atau iris Sehingga anatomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh baik secara keseluruahan maupun bagian-bagian serta hubungan alat tubuh yang satu dengan lainya.
Tulang-tulang dari wilayah bahu adalah sternum (tulang dada), klavikula (tulang selangka), skapula (belikat), dan humerus (tulang lengan). Sendi antara tulang dada dan klavikula disebut sendi sternoklavikularis. Gerakan pada sendi ini memungkinkan Anda untuk mengangkat bahu bahu Anda, tarik kembali bahu, atau membawanya ke depan.
Sendi sternoklavikularis terjadi pada akhir dari sternum klavikula, tulang rawan dari tulang rusuk pertama, dan bagian atas dan lateral sterni manubrium (bagian atas dari tulang dada, atau dada).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini ialah bagaimana cara teknik pemotretan Sternoclavicular Joint (SCJ)



C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui cara teknik pemotretan Sternoclavicular Joint (SCJ)
D. Manfaat

BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Anatomi Sternoclavicular Joint (SCJ)


Sternoclavicular joint dibentuk oleh ujung proksimal dari clavicula yang bersendi dengan incisura clavicular dari sternum dan cartilago costa I. Sendi ini merupakan modifikasi ball and socket joint atau saddle joint yang memiliki 2 cavitas sendi atau 2 cavum articularis. Sendi ini memiliki diskus artikular fibrokartilago yang dapat memperbaiki kesesuaian kedua permukaan tulang yang bersendi & berperan sebagai shock absorber. Kapsul articularisnya tebal dan kendor, diperkuat oleh ligamentum sternoclavicular anterior dan posterior. Ujung proksimal dari clavicula juga berhubungan dengan costa I melalui ligamentum costoclavicular dan kedua ujung proksimal clavicula saling berhubungan oleh adanya ligamentum interclavicularis. Sternoclavicular joint berperan besar dalam gerakan shoulder girdle dan secara keseluruhan berperan dalam gerakan protraksi – retraksi, elevasi – depresi, abduksi elevasi lengan/shoulder. Pada gerakan protraksi – retraksi terjadi gerak arthrokinematika yaitu ventral slide – dorsal slide, sedangkan gerakan elevasi – depresi terjadi gerak arthrokinematika yaitu caudal slide – cranial slide.
Ini adalah satu-satunya sendi yang benar-benar menghubungkan ekstremitas atas ke kerangka aksial, melalui klavikula. Gabungan fungsi sternoklavikularis dalam semua gerakan anggota badan atas, dan sangat penting dalam melempar dan menyodorkan gerakan.

B. Patofisiologi


Dislokasi dan fraktur-dislokasi sendi sternoklavikularis mungkin disebabkan oleh dampak pada daerah sendi. Kompresi lateral di bagian luar bahu juga dapat ditularkan ke dalam untuk bersama dan memaksa klavikula untuk terkilir baik di depan atau di belakang tulang dada. Sebuah fragmen klavikula atau tulang dada dapat dipatahkan sebagai dislokasi terjadi. Dislokasi belakang tulang dada dapat menyebabkan masalah serius dengan tekanan pada struktur vital seperti tenggorokan atau pembuluh darah besar dekat jantung. Pasien dengan cedera ini mungkin perlu ditransfer ke pusat tersier untuk pengobatan. Cedera ini jarang terjadi dan mungkin sangat tidak stabil. Daerah ini lebih akrab bagi ahli bedah dada dari ahli bedah ortopedi dan paling disarankan untuk memiliki cadangan dari tim yang mampu mengatasi kemungkinan kerusakan pembuluh besar.

C. Teknik Posisi
1. Pemotretan Sternoclavicular Joint
Tujuan pemotretan Sternoclavicularjoint dengan menggunakan sinar-x untuk mengidentifikasi persendian yang terletak dipersimpangan antara os clavicula dan os sternum yang mengalami kelainan sehingga setelah dilakukan pemotretan dapat di diagnosa secara tepat dan jelas.
2. Klinis
 Dislokasi
3. Persiapan Pemeriksaan
Persiapan Pasien
Lepaskan semua benda yang mengganggu teknik pemeriksaan.
Persiapan Alat
• Pesawat Sinar –X
• Kaset dan film (18 x 24 cm)
• Marker R / L
• Processing manual / automatic
4. Teknik Pemeriksaan
a. PA Proyeksi Untuk pemeriksaan Bilateral SCJ
 Posisi pasien : Posisikan pasien dengan posisi prone
 Posisi objek : Kedua bahu diatur sama tinggi terhadap meja pemeriksaan. Kedua tangan disamping badan dengan posisi siku tolak pinggang dan sendi siku terletak di atas meja. Sebaiknya pakai grid.
 FFD dengan Short Distance Technique (40 cm)
 Central Ray : langsung tegak lurus (perpendicular) pada pertengahan film
 Central point : Thoracal III
Kriteria :
© Tampak gambaran SCJ kanan dan kiri
© Gambaran SCJ jelas walaupun akan superposisi dengan Vertebral dan Ribs.
© Pemotretan bilteral untuk SCJ tidak akan rotasi.
b. PA PROYEKSI
 Posisi Pasien : Pasien prone, sternoclavicula kontak ke film
 Posisi objek : Tangan di samping badan, dagu di atas pinggir kassett lengkapi dengan immobilisasi terhadap pasien. Atur marker anatomi, kollimator beam dan pakaian proteksi.
 C.R : langsung ke suprasternal kira-kira sejajar dengan vertebra tharacic IV
c. PROYEKSI PA OBLIQUE (RAO DAN LAO)
 Posisi Pasien : Letakkan pasien dengan posisi prone
 Posisi objek : Oblique 45 derajat, arah yang sakit
 FFD : 90 s/d 100 cm
 C.R : langsung perpendikular ke pertengahan film
 C.P : setara dengan SCJ atau kira-kira 10 cm ke arah pinggir dari Vertebrae thoracal III
Kriteria :
© Tampak gambaran LAO dan RAO dari SCJ
d. PROYEKSI LATERAL DENGAN METODE KURZBAUER
 Posisi Pasien : Tidur miring, dengan SCJ yang akan difoto dekat pada film
 Posisi objek : Tubuh pasien diatur True Lateral terhadap meja pemeriksaan dan Kassette. Tangan yang dekat meja pemeriksaan lurus diarahkan ke Cranial
 FFD : 90 s/d 100 cm
 C.R : langsung pertengahan film, dengan sudut 15 derajat Caudal,
 C.P : Sternoclavicular Jjoint yang dekat ke film
Kriteria :
© SCJ terlihat menarik (bagus)
© Shoulder tidak berhimpit dengan SCJ


D. Proses Pencucian Film Secara Manual dan Otomatis
1. Proses Pencucian Film Secara Manual

Gambar Alat processing secara manual
a. Membawa kaset hasil rontgen ke kamar gelap
b. Meletakkan kaset pada meja
c. Meletakkan hanger di dekat kaset
d. Menyiapkan nama dan meletakkan pada printer
e. Membuka developer dan fixer
f. Mematikan lampu penerangan
g. Menghidupkan savety light
h. Mengeluarkan film dari kaset
i. Meletakkan film pada printer kemudian mengeprint identitas pemilik hasil rontgen
j. Memasang film pada hanger
k. Memasukkan hanger yang berisi film ke dalam developer selama 10-20 detik
l. Angkat hanger yang berisi film kemudian melihat pada savety light
m. Kemudian rinshing(pencucian awal) menggunakan air apabila gambar sudah bagus,langsung di celupkan di larutan fixer.
n. Memasukkan hanger yang berisi film pada fixer
o. Mengangkat hanger yang berisi film dan dimasukkan ke dalam air(washing)
p. Menghidupkan lampu penerangan
q. Memasukkan hanger yang berisi film ke dalam mesin pengering
r. Setelah kering,lepaskan film dari hanger dan siap untuk dilihat hasilnya
2. Proses Pencucian Film Secara Otomatis


Nama alat : Automatic processing Film
Merk : Kodak
Power : 220 V

Gambar Mesin Prosesing otomatis Gambar Mesin Prosesing semi otomatis
a. Membawa hasil rontgen ke kamar gelap
b. Meletakkan kaset pada meja
c. Meletakkan hanger di dekat kaset
d. Menyiapkan nama dan meletakkan printer
e. Mematikan lampu penerangan
f. Menghidupkan savety light
g. Mengeluarkan film dari kaset
h. Meletakkan film pada printer dan mengeprint identitas pemilik hasil rontgen
i. Meletakkan pada mesin pencuci otomatis
j. Setelah film lasuk ke dalam mesin pencuci otomatis,lampu penerangan dihidupkan
k. Tunggu sampai film keluar dari mesin,
l. Setelah film keluar itu tandanya film sudah selesai proses pencucian dan siap untuk di lihat hasilnya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah ini kesimpulan saya sebagai berikut
Sternoclavicular joint dibentuk oleh ujung proksimal dari clavicula yang bersendi dengan incisura clavicular dari sternum dan cartilago costa I. Sendi ini merupakan modifikasi ball and socket joint atau saddle joint yang memiliki 2 cavitas sendi atau 2 cavum articularis. Sendi ini memiliki diskus artikular fibrokartilago yang dapat memperbaiki kesesuaian kedua permukaan tulang yang bersendi & berperan sebagai shock absorber. Kapsul articularisnya tebal dan kendor, diperkuat oleh ligamentum sternoclavicular anterior dan posterior. Ujung proksimal dari clavicula juga berhubungan dengan costa I melalui ligamentum costoclavicular dan kedua ujung proksimal clavicula saling berhubungan oleh adanya ligamentum
B. Saran
Dislokasi dan fraktur-dislokasi sendi sternoklavikularis mungkin disebabkan oleh dampak pada daerah sendi
Dislokasi belakang tulang dada dapat menyebabkan masalah serius dengan tekanan pada struktur vital seperti tenggorokan atau pembuluh darah besar dekat jantung. Pasien dengan cedera ini mungkin perlu ditransfer ke pusat tersier untuk pengobatan
Semoga artikel Makalah Teknik Pemeriksaan Sterno clavicular joint (SCJ) bermanfaat bagi Anda.

Jika artikel ini bermanfaat,bagikan kepada rekan melalui:

Posting Komentar